Sabtu, 16 Oktober 2010

Tantangan Pelaksanaan KKG di Muara Kaman

Sulaiman, S.Pd dalam perjalanan pulang dari KKG di Benua Puhun

Berani menempuh perjalanan dengan berperahu selama sekian jam adalah salah satu syarat bagi seorang guru pemandu bidang studi, pengawas ataupun tutor sebaya dalam melakukan kegiatan bimbingan bagi guru-guru melalui KKG di pedalaman kecamatan Muara Kaman. Sebab tidak semua TK/SD yang ada di kecamatan ini bisa dijangkau dengan jalan darat. Beberapa sekolah hanya dapat dijangkau dengan menggunakan perahu ketinting/ ces. Maka untuk mengadakan pembinaan bagi guru-guru di sini, seorang pengawas atau seorang Tutor harus berani naik perahu.

Selain tantangan transportasi, biaya perjalanan untuk mengumpulkan para guru dalam suatu kegiatan relatif lebih besar dibanding guru-guru di perkotaan. Begitu juga waktu tempuh perjalanan yang cukup panjang sehingga  frekuensi pelaksanaan KKG dilakukan tidak terlalu sering.

Meskipun demikian keadaannya, para guru di kecamatan ini tidak mau berpangku tangan. Atas bimbingan dan arahan Dinas Cabang Kecamatan, dukungan KKKS, dan koordinasi pengawas, KKG tiap Gugus tetap dapat dilaksanakan secara berkala. Bila hal ini tetap dapat dipertahankan serta ditingkatkan, tentu akan membuahkan hasil yang lebih baik untuk masa depan pendidikan di Kecamatan Muara Kaman ini. Semoga tulisan ini menggugah perhatian kita bersama untuk ambil bagian sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. 

Kamis, 14 Oktober 2010

GURU HAUS BINAAN

Sulaiman, S.Pd
( dalam suatu kegiatan )

Dalam setiap kesempatan bertemu guru-guru Sekolah Dasar, didapati kenyataan bahwa sesungguhnya para cekgu kita ini haus pembinaan. Mereka mendambakan bimbingan, apakah itu dari Kepala Sekolah ataupun dari para Pengawas pendidikan. Seperti hari ini, bergabung bersama hampir 40 orang guru SD dalam Gugus II Muara Kaman, selama lebih dari 6 jam, kudapati kenyataan yang sama. Guru-guru SD kita di desa menunggu sentuhan pembinaan profesional dari pihak terkait.

Disinilah pentingnya kegiatan supervisi. Kepala sekolah, lebih-lebih seorang pengawas pendidikan sangat dituntut perannya dalam memberikan pembinaan melalui kegiatan supervisi dalam lingkup tugasnya. Jika pengawas dan kepala sekolah sudah sinergi dan memiliki motivasi yang sama kuat, tentu kegiatan supervisi di kelas, supervisi di sekolah dapat dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Dan 'rasa haus binaan' tadi sedikit demi sedikit akan terobati.

Jumat, 08 Oktober 2010


Oleh : Sulaiman, S.Pd
( Guru SDN 006 Muara Kaman )

Sebagai seorang yang berinteraksi langsung dengan peserta didik di kelas, seorang guru sejatinya harus menjadi teladan, pemberi motivasi dan inspirasi untuk memacu semangat siswa dalam belajar, berkarya dan berprestasi. Guru adalah sutradara yang merangkap sebagai aktor dalam proses pembelajaran, dalam setiap adegannya akan memberi warna bagi perkembangan jiwa peserta didik dimasa-masa selanjutnya.
Pertanyaannya, sudahkah guru-guru kita menjadi sosok yang ideal dihadapan murid-muridnya ? Sutradara dan aktor yang bagaimanakah guru-guru  kita sekarang ? 

Jujur, sepertinya untuk menjadi seorang pendidik yang profesional, guru yang ideal, kita perlu banyak belajar. Kita masih perlu memperbaiki kelemahan-kelemahan kita dalam mendidik. Sejumlah program peningkatan mutu pendidik saat ini tak akan memberikan hasil maksimal bila tidak disambut dengan niat atau keinginan yang sama dari dalam diri para pendidik itu sendiri.

Jiwa dan semangat seorang pendidik sejati harus dimiliki oleh seorang guru, demikian juga ilmu mendidik terus dikembangkan oleh seorang guru. Kemampuan profesional seorang pendidik saat ini juga berkembang secara dinamis mengikuti perubahan zaman, menjawab tantangan di dunia pendidikan kita saat ini. Artinya, kita tak cukup hanya bermodalkan SK, mengajar dengan cara meniru guru-guru lainnya. Guru mesti memahami hakikat belajar dan mengajar yang sesungguhnya, juga mesti mampu berinovasi secara kreatif mengembangkan cara-cara mendidik yang profesional.

Makanya, bukan karena guru mengejar kenaikan tunjangan semata bila guru meningkatkan kualifikasinya dan berusaha mendapatkan sertifikat seorang pendidik. Tapi lebih dari itu adalah untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di kelas agar menghasilkan output pendidikan yang berkualitas. Semoga kesadaran ini tetap tumbuh subur dalam diri kita sebagai seorang pendidik.

Rabu, 06 Oktober 2010

Peran K3S Muara Kaman


Oleh : Sulaiman, S.Pd
( Guru SDN 006 Muara Kaman )

Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) memiliki peran strategis dalam upaya mencapai peningkatan mutu pendidikan khususnya pada jenjang pendidikan dasar, K3S bisa dianggap lokomotif yang menggerakkan gerbong kinerja Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan pembelajaran di sekolah dasar. Begitupun dengan keberadaan K3S di kecamatan Muara Kaman sangat dirasakan manfaatnya terutama dalam membangun komitmen dan sikap proaktif guru, kepala sekolah dan pengawas untuk mendukung terselenggaranya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, kontekstual, dan menyenangkan di sekolah.

" Setidaknya ada dua manfaat yang diperoleh dalam pertemuan K3S ini, yaitu ; silaturrahmi dan ilmu. Silaturrahmi memperpanjang umur, murahkan rezeki dan yang pasti diganjar pahala sedangkan ilmu bisa didapat secara langsung dari kegiatan pokok K3S maupun sharing antar peserta.  " begitu ditegaskan Yusran, S.Pd selaku ketua K3S Muara Kaman pada pertemuan K3S Muara Kaman, Rabu, 6 Oktober 2010.  

Dalam pertemuan K3S hari ini disepakati antara lain untuk memperkuat kegiatan supervisi di sekolah dasar dalam wilayah kecamatan Muara Kaman sebagai upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Darso, S.Pd, M.Pd, selaku Kepala Cabang, meminta para Kepala Sekolah diwilayahnya untuk melakukan tupoksinya secara optimal, termasuk melakukan supervisi di sekolah. Selanjutnya Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan akan membentuk Tim Khusus yang siap memberikan bantuan teknis sebagai tindak lanjut dari hasil supervisi tersebut. 
 
Mencermati pembicaraan yang berkembang dalam pertemuan ini, tampak kobaran semangat para Kepala Sekolah untuk mewujudkan peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan di sekolah masing-masing.  Semoga saja apa yang telah dirancang dalam pertemuan hari ini dapat diimplimentasikan secara maksimal di lapangan. Sebab umumnya kita pandai dalam menyusun program tetapi lemah dalam pelaksanaannya, " demikian komentar Beni, S.Pd salah seorang peserta pertemuan tersebut.   

Senin, 04 Oktober 2010

Peran Guru Sebagai Pengajar dan Pendidik


Oleh : Sulaiman, S.Pd
( Guru SDN 006 Muara Kaman )

Saat ini menjadi seorang guru di sekolah bukan lagi profesi memalukan sebagaimana dahulu, pandangan masyarakat terhadap guru sudah jauh lebih baik, guru sudah lebih dihargai. Dulu orang malu menjadi guru sedang sekarang menjadi seorang guru merupakan sesuatu yang membanggakan. Meningkatnya penghargaan terhadap profesi guru ini sepantasnya membuat para guru kita senantiasa berusaha meningkatkan  kemampuan profesionalnya, meningkatkan perannya sebagai seorang pengajar dan pendidik.  

Sebagai seorang pengajar di kelas seorang guru hendaknya  :
-          Memiliki informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran ( guru sebagai manusia sumber).
-          Mampu menyampaikan informasi dengan tepat ( guru sebagai komunikator ).
-          Mampu mengarahkan kegiatan pembelajaran ( guru sebagai moderator ).
-          Mampu menilai keberhasilan pembelajaran ( guru sebagai evaluator).
-          Mampu membantu siswa mengatasi masalah ( guru sebagai pembimbing ).
-          Mampu mengatur dan memonitor pelaksanaan pembelajaran ( guru sebagai organisator ).  

Sebagai seorang pendidik, seorang guru memiliki peran antara lain ;
Guru adalah teman terbaik, sosok terhormat memberikan jalan untuk kita melangkah menjadi orang yang lebih baik, penuntun dikala lengah, pembimbing dikala salah, guru bak cahaya didalam kegelapan, menuntun kita untuk melangkah meraih masa depan.  

Nah bila anda seorang guru, tulisan ini hanya sekedar mengingatkan. Sudahkah kita siap melaksanakan peran kita tersebut ???

JUMAT HARI BUDAYA



Oleh : Sulaiman, S.Pd
 ( Guru SDN 006 Muara Kaman )

Pada peringatan hari jadi kota Tenggarong ke 228, Selasa, 28 September 2010 yang lalu Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Rita Widyasari mencanangkan hari Jum'at sebagai Hari Budaya. Di Hari Budaya ini, para pegawai Pemkab Kukar dan bahkan swasta diminta mengenakan pakaian adat serta menggunakan Bahasa Kutai.

Sejalan dengan hal tersebut dalam suatu kesempatan penulis pernah mengajukan usul kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Kartanegara agar Bahasa Kutai dapat diajarkan sebagai Muatan Lokal di sekolah-sekolah, khususnya di Sekolah Dasar. Bila hal ini disetujui kiranya seksi bidang pengembangan kurikulum Disdik Kabupaten Kukar dapat mengakomodir dan memfasilitasi  penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar  Bahasa Kutai sebagai prasyarat pelaksanaan pembelajaran Bahasa Kutai di sekolah. Termasuk juga memprogramkan penyediaan bahan ajar dan pelatihan terhadap tenaga pengajar Bahasa Kutai ini. 

Penulis telah menyerahkan contoh Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Kutai beserta bahan ajar yang akan diajarkan di SD untuk dapat dikembangkan lebih lanjut. Semoga dengan pencanangan Hari Budaya ini, keinginan untuk melestarikan Bahasa Kutai melalui pelajaran Mulok di Sekolah Dasar dapat terwujud. Amin.

 

Minggu, 03 Oktober 2010

Memahami Makna Sekolah Gratis


Penulis : Sulaiman, S.Pd
( Mahasiswa Program Pascasarjana Unmul )

Kebijakan sekolah gratis di Kutai Kartanegara perlu mendapat apresiasi dari segenap warga, sebab terlepas dari muatan politis yang terkandung didalamnya, sekolah gratis dirasakan sangat membantu meringankan biaya pendidikan bagi para pelajar dari tingkat SD hingga SMA. Dalam konteks pemerataan memperoleh pendidikan kebijakan ini berdampak positif, namun dalam konteks percepatan pencapaian peningkatan mutu pendidikan harus diakui bahwa dalam penyelenggaraan  pembelajaran di sekolah khususnya di daerah pedesaan, sekolah gratis ini ternyata menyertakan pengaruh yang kurang menguntungkan. Hal ini terjadi, akibat pemahaman sekolah gratis yang masih keliru dalam sebagian masyarakat kita. Sekolah gratis menurut mereka, tidak menuntut pengorbanan apapun dari masyarakat. 

Padahal kita tahu bahwa untuk mencapai penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, untuk mewujudkan proses pembelajaran yang maksimal baik di sekolah maupun di rumah, masih sangat diperlukan dukungan dan pengorbanan moral maupun materiil dari para orangtua. Bukankah kita telah lama mengenal istilah, 'kalah membeli, menang memakai'. Artinya masyarakat kita sebetulnya paham bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang berkualitas itu diperlukan pengorbanan yang lebih besar. Begitupun upaya mencapai hasil pendidikan berkualitas, diperlukan proses pembelajaran yang bermutu dan untuk ciptakan pembelajaran bermutu itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Ini sejalan dengan apa yang dikemukan Bapak Menteri Pendidikan Nasional dalam suatu kesempatan berdialog dengan salah seorang siswa SMA Melati, bahwa sekolah bermutu atau biaya pendidikan berkualitas itu cukup mahal.

Terkait dengan kebijakan sekolah gratis ini, kiranya disadari bersama bahwa sekolah tidak dapat dibiarkan 'sendirian' dalam mengupayakan keberhasilan anak-anak didik kita. Peranserta masyarakat, termasuk peran materiil masih sangat diperlukan. Jangan karena alasan sekolah gratis menyebabkan keengganan masyarakat untuk berbuat yang terbaik untuk masa depan anak-anak mereka. Mewujudkan sekolah bermutu perlu kolaborasi dukungan maksimal dari semua pihak terlebih orangtu peserta didik.

Selanjutnya dalam mengembangkan sekolah ke depan melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang saat ini diyakini sebagai salah satu pendekatan terbaik untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan hendaknya tidak 'terhalangi' oleh kebijakan sekolah gratis ini, sebab dalam MBS mensyaratkan adanya dukungan yang maksimal dari masyarakat kepada kemajuan sekolah. Sebaliknya diharapkan kepada masyarakat untuk memahami sekolah gratis sebagai motivasi untuk lebih peduli dan bersedia berkorban demi mewujudkan keberhasilan peningkatan mutu pendidikan di daerah kita. Hanya dengan kesadaran ini kesuksesan Gerbang Raja khususnya bidang pendidikan di Kutai Kartanegara dapat kita wujudkan.