Selasa, 21 Desember 2010

LOMBA MAPEL KAB KUKAR

 Utusan Kecamatan Marangkayu 

         Sebanyak 240 siswa-siswi SD hasil seleksi tingkat kecamatan se Kab. Kukar mengikuti lomba Mata Pelajaran tingkat Kabupaten yang berlangsung pada tanggal 21 Desember 2010 di Gedung Wanita Tenggarong. Acara lomba yang dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Kartanegara tersebut memperlombakan 4 mata pelajaran yakni ; Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan IPS.
         Tiap Pemenang I, II, III, Harapan I, II dan III masing-masing mata pelajaran mendapatkan trophy dan uang pembinaan, secara berurut besaran uang pembinaan tersebut, adalah ; 1.250.000,-, 1.000.000,-, 800.000,-, 600.000,-, 500.000,- dan 400.000,-. Tak hanya itu, seluruh peserta dan pendamping diberikan uang saku yang lumayan besar. 
        Dari lomba ini ternyata kecamatan Marangkayu berhasil merebut 9 trophy juara. Semoga saja keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan lomba mapel ini menjadi cambuk keberhasilan kecamatan-kecamatan lainnya dalam meningkatkan prestasi belajar anak didik di daerah masing-masing. 

Minggu, 05 Desember 2010

METODE PEMBELAJARAN

Oleh : Sri Atun, S.Pd (Paser)


METODE PEMBELAJARAN
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa metode pembelajaran efektif, yang mungkin bisa kita persiapkan.


Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
• Setiap siswa mendapat peran.
• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.

Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

Metode Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.

Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. KKesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.

Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.

Jumat, 26 November 2010

HUT PGRI KE-65 KECAMATAN MUARA KAMAN SUKSES

           
            Peringatan HUT PGRI ke 65 dan Hari Guru Nasional ke 17 tanggal 25 November 2010 dilaksanakan oleh Pengurus PGRI Cabang Kecamatan Muara Kaman di Aula Desa Kecamatan Muara Kaman Ilir. Tema peringatan tahun ini adalah Memacu Peran Strategis Guru Dalam Mewujudkan Guru yang Profesional, Bermartabat dan Sejahtera. Selain diisi dengan upacara, peringatan Hari Guru kali ini juga diisi dengan seminar motivasi guru yang menghadirkan pembicara dari Samarinda. PGRI Kecamatan Muara Kaman juga memberikan penghargaan kepada tokoh masyarakat, guru, dan komite yang berdedikasi tinggi dalam memajukan pendidikan di kecamatan ini.  Camat Muara Kaman memimpin upacara dan membuka acara seminar yang dihadiri hampir 200 orang guru yang tersebar di 19 desa di kecamatan ini.

          Yusran,S.Pd, Ketua PGRI Cabang Kecamatan Muara Kaman merasa puas atas kesuksesan penyelenggaraan acara ini, terlebih bila melihat antusias dan dukungan para guru di desa-desa yang jauh dari ibukota kecamatan turut hadir memenuhi Aula Desa Muara Kaman Ilir, tempat penyelenggaraan acara. Semoga dengan semangat yang ditunjukkan para guru ini, pendidikan di kecamatan Muara Kaman ke depan dapat lebih baik lagi.

           Sani Bin Husain, S,Si sebagai narasumber menyampaikan makalah dengan judul Menjadi Guru Luar Biasa, dalam paparannya menegaskan agar guru tidak melakukan (5 JANGAN), yaitu : 1. Jangan emosional, 2. Jangan terburu-buru, 3. Jangan Mendramatisir, 4. Jangan putus asa, dan 5. Jangan takut gagal.

Minggu, 21 November 2010

Salah Satu Kegiatan Pembinaan Guru di Kukar

            Meskipun diterpa berbagai sorotan, Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Kartanegara tetap eksis melaksanakan berbagai macam program pembinaan terhadap tenaga pendidikan di tiap jenjang pendidikan yang ada di daerah ini. Khusus pada jenjang Pendidikan Dasar secara bersambung melaksanakan rangkaian Diklat bagi guru-guru TK/SD, baik diklat Mata Pelajaran maupun Bimbingan Teknis Penyusunan KTSP seperti yang saat ini masih berlangsung di Hotel Fatma Tenggarong.


              Dari kegiatan pembinaan guru-guru ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional guru, terutama dalam hal mempersiapkan dan melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Agar dengan itu hasil belajar anak didik di Kukar dapat mengalami peningkatan pula.
              Untuk mewujudkan harapan mulia tersebut sangat diperlukan kemauan, semangat, kerjasama, dan pengorbanan dari para guru itu sendiri. Apa pengorbanan yang diharapkan ? Pengorbanan itu  dapat berupa pemikiran, waktu, tenaga bahkan biaya dari para guru itu sendiri. Mengapa guru harus berkorban ? Sebab usaha untuk mewujudkan peningkatan profesional guru tidak mungkin berhasil bila di tumpukan hanya pada pemerintah saja tanpa didukung masyarakat terlebih bila tidak didukung oleh guru itu sendiri. Bukankah semakin tinggi keberhasilan yang ingin kita raih  dalah hidup ini, konsekuensinya tentu semakin besar  pula pengorban yang harus kita keluarkan. Semoga saja para guru-guru yang mengikuti pelatihan di Hotel Fatma kali ini memiliki semangat rela berkorban ini.

Menyambut PORSENI SD/MI Kecamatan Muara Kaman


ARDANI, S.Pd
( Ketua Panitia Porseni Tahun 2010 )

Dalam rangka menjalin silaturrahmi dan menjaring serta mengembangkan bakat/potensi peserta didik tingkat SD di Kecamatan Muara Kaman, pada tanggal 1-3 Desember 2010 akan dilaksnakan PORSENI SD Tingkat Kecamatan Muara Kaman yang akan diikuti utusan 6 Gugus berasal dari 34 SD/MI yang berada di kecamatan ini.
Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun di kecamatan Muara Kaman. Seluruh rangkaian kegiatan dipusatkan di SDN 005 Sabintulung, dengan memperlombakan : Mapel, MIPA, sepak bola, bola voly, bulutangkis, tennis meja, dn sepak takraw. Kegiatan seni sementara tidak dilombakan tetapi wajib ditampilkan masing-masing sekolah, waktu kegiatannya pada malam hari di lokasi yang sama. Selain itu, tahun ini, juga diadakan lomba keagamaan berupa ; cerdas cermat keagamaan, hapalan surah pendek, dan kaligrafi.
Biaya pelaksanaan kegiatan ini berasal dari iuran SD/MI yang ada di kecamatan Muara Kaman dan sumbangan pihak-pihak lain yang mendukung. Rencana Biaya Porseni tahun ini lebih besar karena keseluruhan pemenang lomba dalam Porseni ini akan diberikan penghargaan dan trophy, demikian dipaparkan Ardhani, S.Pd selaku Ketua Penyelenggara Porseni kali ini.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Muara Kaman selaku penanggungjawab  kegiatan ini mengharapkan agar semua pihak dapat memberikan dukungan maksimal. Khususnya kepada para kepala sekolah/madrasah agar berpartisipasi aktif untuk kesuksesan penyelenggaraan Porseni SD/MI Kecamatan Muara Kaman tahun ini.

Jumat, 19 November 2010

Akhir-akhir ini Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Kartanegara banyak melaksanakan kegiatan pelatihan bagi guru-guru TK/SD. Baik pelatihan yang dilaksanakan di ibukota kabupaten, sampai dilaksanakan di luar kota bekerjasama dengan P4TK, sejumlah guru SD ada yang dilatih di P4TK Bahasa di Jakarta, P4TK Matematika di Yogyakarta, P4TK IPA di Bandung, dan P4TK IPS di Malang.
Tujuan yang ingin dicapai dari semua kegiatan itu adalah agar para guru yang dikirim tersebut dapat menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan profesional dirinya sekaligus diharapkan sekembalinya dapat mengimbaskan hal-hal positif yang diperoleh dalam pelatihan tersebut kepada rekan-rekan sejawatnya di lapangan.
Harapan serupa juga tertuju kepada peserta Bimbingan Teknik KTSP TK/SD Kab. Kukar yang masih berlangsung di Hotel Fatma Tenggarong.  Sebanyak 80 guru-guru TK/SD utusan dari 18 kecamatan sejak tanggal 19 s.d 25 Nopember 2010 diberikan bimbingan seputar KTSP dan kemampuan profesional guru lainnya.

Satu Tantangan Pengembangan KTSP di Muara Kaman

Sulaiman, S.Pd (Anggota TPK Kab. Kukar)


           Tantangan untuk mengadakan pembinaan langsung ke sekolah-sekolah dalam wilayah kecamatan   Muara Kaman tak hanya soal keberanian naik perahu aja (sebagaimana tulisan sebelumnya) tetapi juga diperlukan kemahiran berkendara melewati jalur berlumpur.

Tantangan beratnya akses transportasi menuju ke sekolah-sekolah di pedalaman ini adalah salah satu penyebab terlambatnya implimentasi KTSP di TK/SD  pedalaman Kabupaten Kutai Kartanegara.
Menyadari kenyataan ini, diperlukan kesadaran dan kerjasama stake holder pendidikan di daerah ini untuk mengambil sikap peduli dan memulai upaya meningkatkan kemampuan profesional guru secara mandiri. Caranya dengan menerapkan prinsip 3 M, Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang mudah atau bisa dilakukan, dan Mulai dari sekarang.

Sabtu, 16 Oktober 2010

Tantangan Pelaksanaan KKG di Muara Kaman

Sulaiman, S.Pd dalam perjalanan pulang dari KKG di Benua Puhun

Berani menempuh perjalanan dengan berperahu selama sekian jam adalah salah satu syarat bagi seorang guru pemandu bidang studi, pengawas ataupun tutor sebaya dalam melakukan kegiatan bimbingan bagi guru-guru melalui KKG di pedalaman kecamatan Muara Kaman. Sebab tidak semua TK/SD yang ada di kecamatan ini bisa dijangkau dengan jalan darat. Beberapa sekolah hanya dapat dijangkau dengan menggunakan perahu ketinting/ ces. Maka untuk mengadakan pembinaan bagi guru-guru di sini, seorang pengawas atau seorang Tutor harus berani naik perahu.

Selain tantangan transportasi, biaya perjalanan untuk mengumpulkan para guru dalam suatu kegiatan relatif lebih besar dibanding guru-guru di perkotaan. Begitu juga waktu tempuh perjalanan yang cukup panjang sehingga  frekuensi pelaksanaan KKG dilakukan tidak terlalu sering.

Meskipun demikian keadaannya, para guru di kecamatan ini tidak mau berpangku tangan. Atas bimbingan dan arahan Dinas Cabang Kecamatan, dukungan KKKS, dan koordinasi pengawas, KKG tiap Gugus tetap dapat dilaksanakan secara berkala. Bila hal ini tetap dapat dipertahankan serta ditingkatkan, tentu akan membuahkan hasil yang lebih baik untuk masa depan pendidikan di Kecamatan Muara Kaman ini. Semoga tulisan ini menggugah perhatian kita bersama untuk ambil bagian sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. 

Kamis, 14 Oktober 2010

GURU HAUS BINAAN

Sulaiman, S.Pd
( dalam suatu kegiatan )

Dalam setiap kesempatan bertemu guru-guru Sekolah Dasar, didapati kenyataan bahwa sesungguhnya para cekgu kita ini haus pembinaan. Mereka mendambakan bimbingan, apakah itu dari Kepala Sekolah ataupun dari para Pengawas pendidikan. Seperti hari ini, bergabung bersama hampir 40 orang guru SD dalam Gugus II Muara Kaman, selama lebih dari 6 jam, kudapati kenyataan yang sama. Guru-guru SD kita di desa menunggu sentuhan pembinaan profesional dari pihak terkait.

Disinilah pentingnya kegiatan supervisi. Kepala sekolah, lebih-lebih seorang pengawas pendidikan sangat dituntut perannya dalam memberikan pembinaan melalui kegiatan supervisi dalam lingkup tugasnya. Jika pengawas dan kepala sekolah sudah sinergi dan memiliki motivasi yang sama kuat, tentu kegiatan supervisi di kelas, supervisi di sekolah dapat dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Dan 'rasa haus binaan' tadi sedikit demi sedikit akan terobati.