Senin, 17 Mei 2010

Kelulusan UN dan Fenomena Facebook



 
Jum'at, 30 April 2010 , 08:24:00
Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Mei akan diperingati dengan menurunnya tingkat prestasi Ujian Nasional (UN) SMA/SMK/MA dari tahun sebelumnya. Tingkat kelulusan peserta UN di tingkat SLTA sederajat tahun ini mencapai 89,88 persen dari total 1.522.162 peserta. Berarti terjadi penurunan tingkat kelulusan hingga 3,86 persen dibanding tahun lalu yang sebesar 93,74 persen.

Dilihat dari rata-rata persentase ketidaklulusan, angka di Kaltim memang termasuk tinggi, yakni 30 persen. Bahkan menurut Mendiknas Muhammad Nuh, “sekolah sakit” tertinggi di Indonesia terdapat di Kaltim dengan 39 sekolah yang seluruh siswanya tidak lulus. Kendati begitu, sejumlah provinsi memiliki tingkat kegagalan lebih tinggi. Misalnya, Kalimantan Tengah mempunyai angka ketidaklulusan 39 persen, Maluku Utara 41 persen, Nusa Tenggara Timur 52,8 persen, dan Gorontalo 53 persen.

Selanjutnya Mendiknas Muhammad Nuh menyebutkan sejumlah penyebab turunnya prestasi itu. Di antaranya, proses belajar-mengajar yang tidak maksimal, rendahnya kesadaran murid dan infrastruktur, serta sarana-prasarana yang kurang memadai.

Namun Anggota Komisi X DPR Hanif Dhakiri menilai, penurunan tingkat kelulusan UN tahun ini bisa disebabkan dua kemungkinan. Pertama, karena kinerja pengawasan pemerintah lebih baik dari sebelumnya, sehingga bisa berpengaruh terhadap turunnya angka kelulusan yang pada tahun sebelumnya diduga banyak diwarnai kecurangan.

Kemungkinan kedua, penurunan angka kelulusan UN disebabkan belum sesuainya materi UN dengan konteks pengajaran di sekolah. Berarti ada gap antara materi yang diujikan dengan materi yang diajarkan.

FENOMENA FACEBOOK

Bukan mau mencari ”kambing hitam”, tapi dengan semakin merajalelanya pengaruh jejaring sosial yang sekarang menjadi fenomena yaitu facebook, maka rendahnya kesadaran murid dalam menghadapi UN yang diungkapkan Mendiknas tersebut di atas, terutama yang terdapat di kota-kota besar tidak menutup kemungkinan salah satu penyebabnya adalah kecanduan dan keranjingan berfacebook-ria.

Facebook yang popular sejak tahun 2004, merupakan sarana sosial yang membantu masyarakat untuk berkomunikasi secara lebih effisien dengan teman lama, mantan pacar, keluarga jauh dan teman sekerja.

Program ini ditemukan Mark Zuckerberg seorang mahasiswa “droup out” Universitas Harvard Amerika Serikat. Kejeniusan dan kreativitas lewat facebook membuat anak muda ini menempatkan dirinya sebagai jajaran 400 orang terkaya di Amerika Serikat versi Majalah Forbes edisi September 2008.

Saat ini hampir semua kenal yang namanya facebook, dari yang gaptek (gagap teknologi) hingga hi-tech.  Facebook paling populer di Indonesia dan merasuk dalam semua pikiran anak muda jaman sekarang. Pengguna facebook di Indonesia masih didominasi oleh kaum kelas menengah ke atas yang memiliki akses internet (yang masih tergolong mahal di Indonesia). Kebanyakan mereka adalah pelajar, mahasiswa, dosen, pekerja, politisi serta beberapa tokoh-tokoh.

Berdasarkan data internal yang dimiliki lembaga Independen pusat operasional facebook, Palo Alto California, Amerika Serikat menyebutkan dari 235 juta masyarakat Indonesia, sekira 813.000 pengguna facebook, dan 61,1 persen usia 14 – 24 tahun (kelompok remaja).

Beberapa waktu lalu muncul laporan mengenai tanda-tanda orang kecanduan facebook. Laporan terbaru dari The Daily Mail menyebutkan, kecanduan situs jejaring sosial seperti facebook juga bisa membahayakan kesehatan karena memicu orang untuk mengisolasikan diri. Akibatnya antara lain kurang sosialisasi dengan lingkungan, tidak perduli kondisi sekitar, berkurangnya keseriusan belajar dan banyak lagi dampak negatif lainnya.

Lebih jauh dengan mewabahnya jejaring sosial facebook di Indonesia ini menyulut kekhawatiran sekira 700 tokoh muslim di Surabaya, Jawa Timur untuk segera mengeluarkan fatwa terhadap facebook. Mereka menilai menjamurnya jejaring sosial tersebut dirasa akan memberikan dampak negatif bagi umat Muslim di Indonesia, dan dapat digunakan untuk transaksi seks terselubung serta kegiatan jahat lainnya.

Facebook ibarat sebilah pisau, jika digunakan juru masak ataupun penjual buah benda tersebut akan bermanfaat. Namun jika digunakan pihak yang ingin berbuat kejahatan, pisau pun menjadi benda berbahaya dan mengancam keselamatan orang lain. Jadi, tidak ada yang salah dengan facebook selama para user bisa menggunakan dengan mengedepankan norma dan etika

Akhirnya kita berharap semua pihak baik pemerintah, lembaga pendidikan, maupun para orangtua, harus lebih ekstra ketat mengawasi anak-anaknya saat menggunakan kecanggihan teknologi dan informasi seperti facebook salah satunya.

Sehingga dampak negatifnya bisa kita kurangi, dan kita arahkan penggunaannya kepada hal-hal positif seperti peningkatan prestasi belajar terutama pada saat menghadapi ujian nasional ulangan yang akan diselenggarakan pada tanggal 10 – 14 Mei 2010. (***)

*) Kepala PKP2A III Lembaga Administrasi Negara, Samarinda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar